Minggu, 28 Agustus 2016




CERPEN

Cerita/prosa adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Struktur  cerpen sebagai berikut;
1.   Tema, yaitu ide dasar sebuah cerita,
2.   Alur, yaitu pola pengembangan cerita yang terbenuk oleh hubungan sebab atau akibat, Secara sederhana tahap alur itu disusun sebagai berikut;
a.    Tahap perkenalan/pengantar
Biasanya berisi lukisan waktu dan tempat agar pembaca mengetahui kapan dan di mana peristiwa itu terjadi. Bagian ini dipakai untuk menuntun pembaca mengikuti jalan cerita.
b.   Penampilan masalah/konflik
Bagian ini menceritakan persoalan yang dihadapi pelaku cerita.
c.    Puncak ketegangan
Menggambarkan masalah dalam cerita itu sudah sangat mengkhawatirkan dan gawat.
d.   Ketegagan menurun
Menceritakan bahwa masalah berangsur-angsur mulai dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
e.    Penyelesaian
Masalah telah dapat diatasi oleh pelaku.

Macam-macam alur
1.   Alur maju (progresif), yaitu alur yang peristiwanya berjalan teratur dari awal sampai akhir.
2.   Alur mundur (regresif), yaitu alur yang menceritakan peristiwa pada waktu lampau.
3.   Alur sorot balik (flash back), yaitu alur yang terjadi karena pengarang mendahulukan bagian akhir cerita dan baru bercerita kembali dari awal cerita.
4.   Alur kronologis, yaitu alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu.

Konflik merupakan inti dari sebuah alur. Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan. Bentuk-bentuk pertentangan itu, sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sangatlah bermacam-macam konflik, yaitu
1.   Pertentangan manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin),
2.   Pertentangan manusia dengan sesamanya,
3.   Pertentangan manusia dengan lingkungannya, baik itu lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya,
4.   Pertentangan manusia dengan Tuhan atau keyakinannya.

3.   Latar, yaitu keadaan tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah cerita,
a.    Latar (setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Latar meliputi keadaan tempat, waktu, dan suasana. Latar tersebut bisa bersifat faktual atau imajiner.
b.   Latar tidak hanya digambarkan secara fisik saja tetapi dapat pula berwujud tatacara, adat-istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku di tempat peristiwa, yang biasa disebut sebagai latar spiritual (spiritual setting).

Fungsi latar, antara lain sebagai berikut:
1.   Agar cerita tampak lebih hidup,
2.   Menggambarkan situasi psikologis atau situasi batin tokoh.

4.   Tokoh, yaitu para pelaku dalam cerita,
a.    Tokoh protagonis (baik)
b.   Tokoh antagonis (jahat)
c.    Tokoh tritagonis (pelerai/penengah)

5.   Penokohan, yaitu cara pengarang meng-gambarkan dan mengembangkan karakter para tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut;

a.    Melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya
b.   Gambaran yang diberikan pengarang lewat gambar lingkungan kehidupannya maupun cara berpakaian
c.    Menunjukkan bagaimana perilakunya
d.   Melihat bagaimana tokoh itu bercerita tentang dirinya sendiri
e.    Memahami bagaimana jalan pikirannya
f.     Melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentang dia
g.    Melihat tokoh lain berbincang tentang dia
h.   Melihat bagaimanakah tokoh yang lain memberi reaksi terhadapnya
i.     Melihat bagaimanakah tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang lain

6.   Amanat, yaitu pesan / ajakan moral yang disampaikan pengarang kepada pembacanya melalui cerita tersebut. Amanat tesimpan rapi dan disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup membaca dua atau tiga paragraf, melainkan harus menghabiskannya sampai tuntas.

7.   Sudut pandang, yaitu posisi pengarang dalam membawakan cerita.
Ada beberapa jenis sudut pandang, yaitu;
a.   Pengarang sebagai pelaku utama
Tokoh cerita akan menggunakan kata “aku” dalam ceritanya. Oleh karena itu, seakan-akan cerita tersebut merupakan kisah atau pengalaman si pengarang sendiri. Sudut pandang seperti ini disebut akuan sertaan (orang pertaan)
b.   Pengarang ikut main, tetapi bukan sebagai pelaku utama
Cerita sebenarnya mengisahkan orang lain sebagai pelaku utama, tetapi pengarang terlibat di dalamnya. Sudut pandang seperti ini disebut akuan tak sertaan (orang pertama tak sertaan)
c.    Pengarang serbatahu
Dalam cerita ini pengarang tidak berperan apa-apa. Pelaku utamanya adalah orang lain yang biasa disebut ia atau nama seseorang yang digunakan dalam ceritanya. Di sini, pengarang sertaan mengetahui apapun yang dilakukan atau bahkan yang ada dalam pikiran pelaku cerita. Sudut pandang seperti ini disebut diam serbatahu (orang ketiga serbatahu)
d.   Pengarang peninjau
Pengarang hanya menyatakan atau menceritakan apa yang dilihatnya. Dia seakan-akan tidak tahu apa yang akan dilakukan pelaku atau apa yang ada dalam pikiran pelaku. Sudut pandang seperti ini disebut diam terbatas (orang ketiga terbatas).